Home »
Amerika Serikat
,
Berita Internasional
» Trump Presiden AS, Bagaimana Relasi dengan Rusia dan Kekhawatiran Perang Dunia 3?
Trump Presiden AS, Bagaimana Relasi dengan Rusia dan Kekhawatiran Perang Dunia 3?
Written By RandaRexsa on Wednesday, November 9, 2016 | 11/09/2016 05:08:00 AM
TRIBUNHARIAN.COM - Donald Trump akan memegang tampuk kepemimpinan Presiden AS setelah Barack Obama. Bagaimana relasi AS dengan Rusia dan adanya kekhawatiran pecah Perang Dunia 3?
"Bisa lebih mesra ke Rusia. AS lebih dekat dengan Rusia, dalam hal itu malah bisa di-bully oleh Rusia, penasihat politik atau manajer kampanye sangat dekat dengan Putin. Ini membuat orang Amerika takut 'Putin ada di lingkaran dalam presiden kita'. Tetapi tahu begitu kenapa mereka pilih ya?" jelas Kepala Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia Evi Fitriani.
Hal itu disampaikan Evi dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (9/11/2016). Ada pula kekhawatiran bahwa di bawah Trump, AS bisa menjadi sangat agresif. Tak bisa dipungkiri kemungkinan terjadinya Perang Dunia ketiga bila AS terlalu agresif dan lebih mengutamakan kekuatan militer.
Namun, Trump tak akan semudah itu mengambil keputusan yang agresif seperti perang. Perlu diingat, ada Kongres AS sebagai mekanisme check and balances.
"Bisa jadi Perang Dunia 3, tapi kan ada Kongres yang bisa membatalkan. AS punya sistem check and balances yang sangat kuat, presiden punya kekuatan sangat besar, namun kebijakan itu haruslah disetujui oleh Kongres," paparnya.
Namun, bagaimana pula bila Kongres juga dikuasai oleh Republik? Evi mengatakan tak semua Republikan juga mendukung Trump.
"Kalau Kongresnya mayoritas dari Republik, jangan salah, banyak kaum Republikan yang marah juga sama Trump karena menilai Trump sudah kelewatan. Sejelek-jeleknya Republik, mereka akan berpikir lebih dewasa kalau Trump sudah parah banget. Justru nanti Kongres yang dikuasai Republik malah membuat Trump lebih rasional," tuturnya.
Meski demikian, AS dinilai tak bisa sendiri dalam setiap pergerakannya. AS sedikit banyak akan melihat pada reaksi negara-negara sekutunya dalam membuat kebijakan luar negerinya.
"AS secara riil masih yang terkuat di dunia, tapi secara relatif kekuatannya menurun. Jadi dia tidak bisa sendiri, relatif tergantung pada sekutu, pada negara lain, menimbang dulu. Nggak bisa tiba-tiba jadi pemimpin perang, nanti jadi musuh bersama duluan," papar dia.
Sumber info : Detik.com
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
0 komentar:
Post a Comment